Priangan Insider –
Dahulu, batu akik hanya dikenal sebagai perhiasan lawas yang umumnya dipakai oleh para pemilik warung kopi saat mereka membahas angka-angka untuk pertaruhan lotre.
Namun saat ini? Batu akik secara resmi telah meningkat statusnya menjadi karya seni serta barang kolektor dalam edisi terbatas berkat kerjasama unik namun cemerlang di antara pembuat batu mulia lokal dengan seniman digital.
Iya, kamu tidak membaca keliru.
Pada tahun 2025 ini, kita tidak hanya memiliki sepatu kolaborasi, seni digital berbasis teknologi blockchain, atau gerai pop-up untuk merek yang sedang tren di kalangan pencinta fashion terbaru.
Dunia perakitan batu cincin juga telah terpengaruh oleh kreativitas Generasi Z dan menjadi sebagian dari arus baru yang disebut “Kolaborasi Digital dengan Warisan Budaya.”
Perubahan batu biasa menjadi karya seni yang mencolok
Batukultur Studio adalah komunitas kreatif yang merintis proyek unggulan berupa seri eksklusif bernama “AK!K by Visionary Hands”. Ini merupakan barisan batu permata yang telah dikurasi dan diberi sentuhan ukiran manual artistik, kemudian dihiasi dengan elemen visual augmented reality (AR) oleh para ahli digital dari bermacam-macam genre.
Pada edisi awalnya, mereka membawa tujuh macam batu akik dari seluruh wilayah di Indonesia, mulai dari Bacan, Sungai Dareh, hingga Pancawarna, serta Kalimaya Banten. Mereka memilih setiap benda tersebut dengan pengerjaan ukir mikro yang didasari pada motif etnis, kisah rakyat, bahkan kode QR yang dapat dikendalikan untuk melihat animasi digital menggunakan perangkat pintar seperti smartphone.
Ini tak sekadar sebuah cincin, melainkan kapsul budaya yang dapat kamu bawa kemana saja,
Jelas Keisya Anindya (27), seorang kurator proyek yang pernah aktif di industri NFT dan saat ini beralih fokus ke bidang permata.
Imajinasikan kamu memakai cincin berbatu kalimaya, lalu melalui aplikasi realitas augmented (AR), kamu dapat menyaksikan tarian api virtual asli dari Banten muncul di layarmu. Keren kan?
Cincin Menjadi Kisah: Di Belakang Tiap Batu Akik, Terdapat Legenda
Kerjasama ini bukan hanya menyematkan elemen visual secara sembarangan, tetapi juga mengeksplor cerita lokal yang kaya akan makna.
Sebagai contoh, ada sebuah edisi akik yang dikenal sebagai “Pusaka Darah Hujan”, yaitu sejenis Pancawarna dengan corak warna merah tua khas.
Cerita ini berdasarkan legenda Sumedang Larang dan dilengkapi dengan latar suara yang dapat diakses melalui situs web mereka.
Setiap pembelian akik edisi ini dilengkapi sertifikat fisik dan digital, box kayu ukir handmade, dan akses eksklusif ke pameran virtual.
Gua merasakan hal ini seperti perpaduan antara nuansa Mystic Relic dengan jiwa digital.
Menurut Raga, seorang kolektor pemula yang awalnya mengumpulkan NFT kini beralih ke barang fisik karena “ada rasanya.”
Bukan Hanya tentang Estetika, Tetapi juga Investasi dalam Bidang Kebudayaan
Harga per biji untuk seri akik kali ini cukup fantastis, berkisar antara Rp750 ribu sampai dengan Rp5 juta, bergantung pada tipe batu serta derajat kesulitan dalam desainnya.
Namun bagaimana dengan minat calon siswanya? Antreannya bisa mencapai tiga bulan.
Menurut gua, hal ini melebihi sekedar mode atau pengumpulan,
Menurut Amanda, seorang desainer UI/UX yang menjadi salah satu pembeli pertama.
Ini merupakan penghargaan terhadap warisan budaya, namun disajikan dalam gaya yang masih relevan bagi generasi muda saat ini.
Menariknya, setiap kali Anda membeli sesuatu, akan ada sumbangan langsung yang diberikan kepada para pengrajin batu lokal serta masyarakat seni di wilayah tersebut.
Jadi ini tidak hanya tentang trend, tetapi juga menghidupkan kembali perekonomian kreatif di tingkat dasar masyarakat.
Dari Jemarim ke Galeri: Rute Baru bagi Batu Akik Lokal
Bukan hanya sampai pada cincin, BatuKultur Studio juga akan meluncurkan seri “Akik Wall Edition”, yakni bagian dari batu akik ukuran besar yang terpasang dalam bingkAI seni kontemporer sehingga dapat ditampilkan layaknya sebuah karya seni visual.
Karya ini akan dilengkapi dengan NFT kembaran (versi digital yang dapat ditampilkan di galeri dalam metaversa), yang hanya tersedia bagi pembeli versi fisiknya. Ini merupakan gabungan dari hal konkret dan teknologi canggih yang sedang menjadi tren favorit di kalangan kolektor muda.
Keinginan kami adalah agar batu akik tidak hanya dilihat sebagai perhiasan, tetapi juga diapresiasi sebagai bagian dari warisan budaya yang dapat berkembang di dalam galeri, museum, dan bahkan di beranda Timeline TikTok.
tambah Keisya.
Gen Z + Akik = The Unexpected Cool
Kereta ini menunjukkan bahwa Generasi Z mampu mengubah sesuatu yang dianggap remeh menjadi hal yang sangat diminati.
Dari batu yang dulunya dipandang sebagai sesuatu yang sudah usang, sekarang menjadi simbol identitas, keunikkan, serta rasa bangga akan budaya masing-masing tanpa mengurangi elemen seru dan kreativitasnya.
Gua udah enggak segan lagi memakai batu akik. Justru saat ini, jika pergi menginap di tempat lain, batu akik menjadi fokus utamanya,
Ujar Fay, seorang influencer fesyen yang menggabungkan gaya edgy dengan warisan lokal.
Di balik kilauan batu yang dahulu dianggap biasa, kini bermacam-macamp cerita, seni, dan inovasi hadir.
Semua hal tersebut berasal dari kreativitas pemuda berani yang mencoba menggabungkan dunia digital dengan unsur tradisional.
Akik sekarang tidak hanya menjadi perhiasan, tetapi juga sarana untuk mengekspresikan diri.
Bukan hanya kenangan, tetapi juga ciptaan di masa mendatang.
Jadi, kau sudah siap pakai cincin untuk pergi ke ruang kerja bersama sambil memindai kodeQR untuk melihat tari hantu leluhur menggunakan augmented reality? (***)