Jakarta, IDN Times –
Sejak lama sekali, pemimpin Gereja Katolik diangkat melalui rapat yang amat tersembunyi bernama konklaf. Nama itu bermakna ‘bersama dengan kunci’, sebuah bentuk penghargaan bagi para kardinal yang dikuncir hingga uskup agung pilihan rakyat tersebut ditentukan.
Kepala-kepala tertinggi Gereja Katolik yang bertugas menunjuk Paus selanjutnya harus menjalani tahap-tahapan kompleks yang berasal dari zaman pertengahan. Akan tetapi, upacara semacam itu telah diubah dan diperbarui melalui masa pemerintahan para Paus setelahnya.
Banyak kitab undang-undang resmi yang dipatuhi para kardinal direvisi oleh Yohanes Paulus II melalui konstitusi Apostolic bernama “Universi Dominici Gregis” pada tahun 1996, dan sejumlah perubahan tambahan dilakukan oleh Benediktus XVI.
Setelah menentukan tanggalnya, para kardinal pemilihan akan bergerak menuju lokasi konklaf di Kapel Sistina dalam Vatikan. Satu calon harus mendapatkan dukungan dua pertiga dari total suara untuk bisa terpilih.
Mulai dari upacara pengambilan sumpah yang patuh sampai keproseduran voting yang kompleks serta asap putih yang tersohor, di bawah ini adalah cara kerja sistem tersebut yang sudah berjalan selama ratusan tahun lamanya, sebagaimana dikutip dari
CNN
.
1. Para Kardinal berkumpul
Kepala-kepala tertinggi gereja itu bakal bertemu. Alih-alih berpijak di permukaan lantai, mereka menginjak-injak pada sebuah panggung kayu setinggi badan manusia yang diberi penutup kain coklat agar tak merusak ubin mozaik dibawahnya. Di tahun dua ribu tiga belas, alat penghalang sinyal disiapkan guna memastikan tidak ada telepon masuk, pesan singkat, ataupun terhubung ke jaringan online. Seluruh area Kapel Sisitna dikunci rapat saat pertemuan demi menjaga privasi sempurna para hadirin.
Dari sudut pandang teknikal, setiap laki-laki Katolik berhak untuk dijadikan Paus, namun pada kenyataannya, pemilihan Paus umumnya berasal dari dan dilakukan oleh Dewan Kardinal, suatu tradisi yang sudah ada sejak tahun 1379.
Walau terdapat lebih dari 250 kardinal di seluruh penjuru dunia, hanya mereka yang masih di bawah usia 80 tahun yang diperbolehkan ikut dalam pemilihan. Total jumlah kardinal yang layak suara mencapai 135 individu.
Walau banyak kardinal menetap dan beraktivitas di Vatikan, mayoritas justru tersebar luas di penjuru dunia dan wajib datang ke Roma kecuali ada gangguan kesehatan atau hambatan penting lainnya.
2. Ritual Menuju Kapel Sistina
Di hari pertama konklaf, para kardinal akan menghadiri sebuah misa khusus di Basilika Santo Petrus. Acara ini biasanya dimulai pada awal hari.
Setelah itu, pada petang harinya, para kardinal bertemu di Kapel Paulus memakai baju jubah sebelum mereka melanjutkan perjalanan menuju Kapel Sistina sambil bernyanyi ‘Veni Creator’.
3. Sumpah kerahasiaan
Peringkat utama dalam tanggung jawab para kardinal ialah menyampaikan janji kerahasiaan. “Saya (nama depan) Kardinal (nama belakang), bertekad, membuat ikrar, serta bersumpah. Mudah-mudahan Tuhan membantu saya dan Alkitab Suci ini yang telah saya pegangi dengan tangan saya,” begitulah bunyi sumpah yang perlu disuarakan oleh seluruh kardinal.
Mereka menyampaikan salamnya satu persatu, menurut tingkatan kepengantaraan. Setelah itu, Pemimpin dalam Upacara Liturgi Kepausan memberikan pesan ‘Extra omnes’, yang bermakna bagi mereka yang bukan bagian dari acara untuk meninggalkan ruangan. Inilah kali terakhir kita dapat melihat semua kardinal hingga usaha memilih penerus paus selesai dilakukan.
4. Pemungutan suara
Pemilihan suara berlangsung pada dua sesi yakni siang dan sore hari. Sembilan kardinal dipilih secara random untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu pada masing-masing sesi tersebut.
Ketiga kardinal ini bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas sebagai berikut: 3 di antaranya mengawasi proses voting, 3 lainnya mengumpulkan suara dari mereka yang sedang sakit di infirmary, dan sisa 3 lagi mengecek ulang serta memvalidasi hasil voting tersebut.
5. Menghitung surat suara
Setelah seluruh kardinal melakukan voting, saatnya bagi pengawas untuk memeriksa dan menghitung surat suara tersebut.
Petugas menghitung suara yang didapat oleh tiap peserta, sementara tim verifikasi mengecek hasil tersebut. Apabila salah satu calon mendapatkan dukungan lebih dari 66% dari jumlah total suara, maka orang itu akan dilantik sebagai pemimpin selanjutnya.
Hingga empat kali pencoblosan bisa dilaksanakan dalam satu hari, dua di antaranya pada pagi hari dan sisanya lagi pada sore hari, selama empat hari awal konggres. Di hari kelima, proses voting akan ditunda agar para peserta memiliki cukup waktu untuk beribadah, merenungi secara tenang serta melakukan pembicaraan santai.
Proses voting akan dilanjutkan paling lama satu hari setelah itu, dan tetap berlangsung hingga tujuh siklus lagi sebelum istirahat berikutnya. Apabila situasi buntu terus berlanjut, para kardinal memiliki opsi untuk memilih diantara dua calon utama dari pemilihan sebelumnya dengan menggunakan mayoritas mutlak sebagai syarat.
6. Asap hasil konklaf
Untuk orang-orang yang berada di luar kapel, tanda tunggal tentang proses pemilihan adalah melalui pembakaran billet suara, yang terjadi pada setiap sessinya. Tradisi menggunakan asap sebagai penunjuk saat para kardinal telah memilih paus baru sudah digunakan sejak akhir abad ke-19.
Namun, kutipan pertama mengenai asap putih atau hitam terjadi pada konklaf tahun 1903. Maknanya adalah bahwa asap hitam menandakan tak ada calon yang mendapatkan dua pertiga dukungan dari jumlah total pemilih. Di sisi lain, asap putih berarti para kardinal sudah mencapai kesepakatan dan telah memilih seorang paus baru.
7. Habemus Papam!
Ketika memasuki Kapel Sistina lagi, Dekan Dewan Kardinal, yaitu uskup kardinal tertua, menanyakan pada calon terpilih apakah dia menerima pengangkatannya serta nama pausapaun mana yang akan dipakainya.
Apabila dia belum disematkan sebagai uskup, proses tersebut akan segera dilakukan. Setelah itu, Paus yang baru akan beralih menggunakan pakaian kepausan klasik di Ruang Air Mata – suatu ruangan kecil yang berada di samping Kapel Sistina.
Setibanya, ayat Alkitab disuarakan dengan lantang, dilanjutkan dengan doa bersama, sementara para kardinal menunjukkan rasa hormatnya. Kemudian, sang Kardinal Protodeacon dari Dewan Kardinal tampil di balkon Basilika Santo Petrus dan menyampaikan pesannya dalam bahasa Latin: “Annuntio vobis gaudium magnum; Habemus Papam!” hal ini bermakna “Saya umumkan kepadamu kabar baik yang agung; kami telah memilih seorang paus baru.”
8. Urbi et Orbi
Setelah tidak lama, sang paus akhirnya maju menuju Balkon, diapit oleh Tirai Merah, dan memberikan berkat apostolic pertamanya, yang terkenal dengan sebutan ‘Urbi et Orbi’, artinya ‘Bagi Kota dan Dunia’. Hal ini menandakan penutup dari rangkaian konklaf yang penuh kompleksitas tersebut.
Dalam beberapa hari mendatang, Paus terpilih akan merayakan Misa pengambilan sumpahnya, acara ini umumnya diselenggarakan di Basilika Santo Petrus, sebelum menjabat sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik.