Mentan Bersiap Ekspor Beras Mengikuti Perintah Presiden

.CO.ID, JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menyatakan bahwa Indonesia telah siap untuk mengekspor beras ke berbagai negara mitra dagangnya sesuai petunjuk dari Presiden Prabowo Subianto. Tindakan tersebut dilakukan usai terjadi kenaikan signifikan dalam produksi padi domestik. Saat ini, persediaan beras yang tersimpan di gudang-gudang milik Perum Bulog sudah mencapai titik tertingginya selama masa independensi bangsa Indonesia.

Pada 15 hari mendatang, persediaan beras yang dimiliki pemerintah diproyeksikan akan mencapai jumlah 4 juta ton. Sampai tanggal 28 April 2025, Bulog sudah mengontrak lebih banyak gudang dengan kapasitas penyimpanan hingga 1,15 juta ton beras. Penyerapan rata-rata oleh Bulog kini berjumlah sekitar 51.530 ton setiap harinya, menjadikan total stok beras nasional dalam gudang-gudang milik Bulog menjadi 3.256.428 ton.

Bukan hanya beras, produksi jagung di seluruh negeri pun sedang membanjiri pasaran saat musim panen tiba. Akan tetapi, penyerapan jagung oleh para petani belum mencapai tingkat ideal karena adanya batasan pada daya tampung gudang milik Bulog.

Kondisi tersebut membuat harga jagung pada saat panennya di tingkat petani hanya berkisar antara Rp3.700-Rp3.800 per kilogram, yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp5.500 per kilogram. Amran tegaskan bahwa pihaknya telah bertindak cepat guna merespons situasi ini.

“Penyerapan beras oleh Bulog pada bulan April mencapai angka 1,3 juta ton. Prestasi ini belum pernah dicatatkan dalam catatan sebelumnya. Oleh karena itu, Presiden sudah menginstruksikan agar secepat mungkin dibuat gudang-gudang sementara untuk menyimpan hasil panen beras dan jagung yang melimpah tahun ini,” katanya.


Surplus Produksi

Amran menyebutkan bahwa sekarang Indonesia sedang menghadapi kelebihan produksi yang signifikan. Kelebihan produk bukan hanya terbatas pada beras dan jagung, melainkan juga mencakup telur ayam, daging ayam, serta ubi kayu.

Kelimpahan produksi pada satu segi adalah prestasi signifikan, tetapi di aspek lain bisa mengakibatkan penurunan harga bagi para petani. Oleh karena itu, menjual ke luar negeri menjadi bagian dari jawaban atas masalah tersebut. Sekarang, pendapatan ekspor sektor perkebunan Indonesia tiap tahun meraih angka antara Rp500 hingga 600 triliun, dengan komoditas utamanya meliputi CPO, kopi, kelapa sawit, karet, cokelat serta jenis-jenis lainnya.

Pada kesempatan kali ini, fokus terpenting bagi otoritas masih berpusat pada menjaga kelancaran pasokan makanan di dalam negeri. Meski demikian, mengingat persediaan yang cukup melimpah, Indonesia saat ini telah bersiap untuk mendistribusikan berasnya kepada negara lain yang sedang memerlukan.

“Kami berencana untuk menyediakan akses pasar yang luas bagi hasil panen padi para petani kami. Prioritas terpenting kami adalah mencapai ketahanan pangan dalam negeri, dan alhamdulillah pada saat ini swasembada beras telah diujung mata. Sesudah memastikan kebutuhan domestik aman, kami bersiap untuk mengeksportasi beras,” jelas Mentan Amran dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa (29/4/2025).

Menteri menyebut penambahan ekspor beras ini tidak hanya berfokus pada aspek perdagangan. Dia mengungkapkan bahwa eksportasi juga merupakan bagian dari tugas kemanusiaan, sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto.

“Seperti yang diperintahkan oleh Bapak Presiden, tujuan dari ekspor beras kali ini lebih kepada misi kemanusiaan. Hal utama yang perlu dipastikan adalah biaya produksi dan pendistribusian sudah tercukupi. Ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sekarang telah menjadi negara yang bisa memberikan pertolongan, bukannya hanya mengajukan permohonan,” ungkap Amran.

Dia pun mengekspresikan penghargaannya atas dukungan total presiden terhadap para petani, hal ini telah mendorong kenaikan stok beras dengan sangat cepat dan signifikan.

“Dalam waktu empat bulan, persediaan kami meningkat dengan cepat. Hal ini tidak lepas dari dukungan total Bapak Presiden terhadap petani serta antusiasme besar yang ditunjukkan oleh para petani di seluruh tanah air,” ungkap Amran.


Produksi Beras Diproyeksikan Meningkat

Badan Pusat Statistik (BPS) juga telah menyatakan kenaikan dalam produksinya. Menurut laporan terbaru mereka, BPS meramalkan bahwa hasil panen padi nasional dari Januari hingga Mei 2025 akan mencapai angka 16,62 juta ton, naik 1,83 juta ton atau 12,40% jika dibandingkan dengan jumlah yang dicatat untuk periode serupa di tahun sebelumnya yaitu 14,78 juta ton.

Pada kesempatan sebelumnya, saat meluncurkan Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Presiden Prabowo Subianto memberikan izin bagi Indonesia untuk mengekspor beras ke berbagai negara. Hal ini disebabkan adanya laporan yang diterima oleh Menteri Pertanian serta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Perdagangan tentang permintaan beras dari negera-negera mitra dagang mereka.

“Menurut laporan yang saya terima dari Menteri Pertanian dan Menko Pangan, sejumlah negara telah mengajukan permohonan untuk mendapatkan pasokan beras dari kita. Saya setujui hal ini! Selain itu, saya juga memberikan instruksi untuk mengirimkan beras kepada mereka,” ungkap Presiden Prabowo.

Presiden pun menggarisbawahi bahwa ekspor beras kali ini harus didasari atas dasar prinsip kemanusiaan.

“Bila diperlukan, berdasarkan rasa kemanusiaan, kita tidak harus mengejar keuntungan besar. Yang utama, biaya produksi, transportasi, dan administrasi sudah cukup tercakup. Mari tunjukkan bahwa masyarakat Indonesia saat ini merupakan bangsa yang dapat membantu dan memberi pada negara lain, bukan menjadi bangsa yang selalu memohon,” ungkap Prabowo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *